METODE GEOMAGNETIK
Metode geomagnetic didasarkan pada sifat kemagnetan
(kerentan magnet) batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehinggan efektifitas
metode ini bergantung kepada kontras magnetic di bawah permukaan. Di daerah
panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan perubahan sifat kemagnetan
batuan, dengan kata lain kemagnetan batuan akan menjadi turun atau hilang
akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi
hidrotermal, maka tujuan dari survey magnetic pada daerah panas bumi adalah
untuk melokalisir daerah anomaly magnetic rendah yang diduga berkaitan erat
dengan manifestasi panas bumi.
Prinsip-prinsip
penerapan metode magnetik
Paleomagnetisme merupakan ilmu yang mempelajari
sifat-sifat kemagnetan bumi yang merekam dalam batuan pada waktu
pembentukannya. Pada batuan beku, kemagnetan mulai terekam pada saat proses
pendinginan magma melewati titik beku dimana mineral-mineral bersifat magnet
terinduksi oleh medan magnet bumi. Dalam suatu studi paleomagnet untuk
mengetahui arah medan magnet bumi pada saat batuan beku terbentuk, syaratnya
yaitu mengetehaui terlebih dahulu kemiringan tubuh tersebut yang terjadi
setelah pembekuan. Umumnya tubuh batuan beku mengalami perubahan kemiringan
saat terjadi gaya kompresi, seperti perlipatan. Sringkali kemiringannya
ditemukan dari lapisan batuan sedimen yang diterobosnya.
Struktur aliran lava atau lubang gas (amygdaloidal) dipakai untuk menentukan
kemiringan awal lava dimana dianggap subhorizontal. Hal ini tidak berlaku mutlak karena lava mengalir
melalui morfologi yang bervariasi. Batuan sedimen paling ideal untuk studi
paleomagnet, tidak saja karena perlapisannya dapat diamati, tapi juga karena
poros pembentukannya relative lama. Arah kemagnetan yang diperoleh dari batuan
sedimen terjadi karena butiran mineral bersifat magnet hasil rombakan batuan
mengalami penjajaran mineral saat diendapkan (santoso, 1998).
Penyebab bumi bersifat magnetik karena faktor
perputaran inti bumi yang bersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari lelehan
besi dan nikel yang bertemperatur 5000oC. Lelehan besi dan nikel ini mengandung
sejumlah muatan listrik yang berputar mengelilingi sumbunya sehingga
menimbulkan medan magnet yang arahnya sesuai dengan aturan tangan kanan. Hal tersebutlah
yang membuat bumi menjadi sebuah magnet raksasa dengan kutub selatan magnet
berada di utara dan kutub utara berada di selatan.
Sifat-sifat
kemagnetan Batuan
Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian berdasarkan perilaku atom-atom penyusunnya jika mendapat medan magnet luar,
yaitu:
1.
Diamagnetik
Batuan diamagnetk mempunyai harga susepbilitas k
negate, sehigga intensitas imbasan dalam batuan atau mineral tersebut mengarah
berlawanan dengan gaya medan magnet. Contoh batuan atau mineral diamagnetic
antara lain : marmer, bismuth dan kuarsa.
2.
Paramagnetik
Batuan atau mineral paramagnetik mempunyai
kerentanan magnet positif dan akan mengecil sesuai dengan menurunnya suhu.
Sifat-sifat paramagnetik akan timbul bila atom atau molekul suatu batuan atau
mineral memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat medan luar dan
interaksi antara atom lemah. Contoh batuan paramagnetik antara lain : piroksen,
olivine, garnet dan biotit.
3.
Ferromagnetik
Atom-atom dalam bahan ferromagnetik memiliki momen
magnet dan interaksi antara atom-atom tetangganya begitu kuat sehingga momen
semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang
diimbaskan. Contohnya : besi, cobalt dan nikel.
4.
Antiferomagnetik
Suatu bahan atau material akan bersifat
antifferomagnetik pada saat kemagnetan benda ferromagnetik naik sesuai dengan
kenaikan temperature yang kemudian hilang setelah temperatur mencapai titik
Curie. Contohnya hematite.
5. Ferrimagnetik
Bahan-bahan dikatakan
ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah magnet saling berlawanan arah satu
terhadap lainnya. Harga k cukup tinggi dan bergantung pada temperatur.
Contohnya adalah titanium.
Komentar
Posting Komentar